Wednesday, July 10, 2013

Fenomena Seks Pra Nikah Remaja


Fenomena Seks Pra Nikah Remaja
Fenomena Seks Pra Nikah Remaja. PERILAKU seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.

Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah.

Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikahkarena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, “Learning by doing”.

Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial.
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan.

Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri.

Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.

Perlu pula dijelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Selain itu, energi seksual atau libido/nafsu pun telah mengalami perintisan yang cukup panjang; Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia usia remaja. Karena itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu.

Cukup naïf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri.

Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi.

Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.

Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda.

Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya.

Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.

Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah.

Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku seks pranikah.

Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, “Learning by doing”.

Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial.

Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Sedangkan pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja. Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri.

Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.

Perlu pula dijelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Selain itu, energi seksual atau libido/nafsu pun telah mengalami perintisan yang cukup panjang; Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia usia remaja. Karena itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu.

Cukup naïf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya. Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, bahkan faktor orang tua sendiri.

Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.

Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda.

Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.

Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah.


Artikel Fenomena Seks Pra Nikah Remaja pertama kali diterbitkan dunia psikologi pada 19 November 2008.

Lesbianisme, Gaya Hidup atau Abnormalitas Seksual


Di Indonesia, Lesbianisme rupanya berkembang cukup pesat dalam wilayah sosial kemasyarakatan. Kalau dulu, perempuan lesbi sebisa mungkin menyembunyikan jati dirinya, tapi saat ini mereka berhimpun dalam wadah atau organisasi yang semua orang bisa mengetahuinya. Lihat saja, grup-grup lesbian yang bertebaran di Facebook maupun situs-situs dewasa lainnya. Lantas pertanyaannya, apakah Lesbianisme saat ini menjadi gaya hidup? Bukankah lesbian merupakan abnormalitas atau penyimpangan seksual? Sebelum menyimpulkan,  apa itu lesbianisme.

Hasil Penelitian

Psikolog John Buss memperkirakan bahwa 2% dari wanita adalah seorang lesbian (Buss, 2004). Mungkin tidak lagi! Survei terbaru dari gadis remaja dan wanita muda menemukan bahwa sekitar hampir 15% perempuan muda saat ini mengidentifikasi dirinya sebagai lesbian, dibandingkan dengan sekitar 5% laki-laki muda yang mengidentifikasi sebagai gay (Ritch Savin-Williams and Geoffrey L. Ream, 2007).

Para peneliti di Cornell University, mengumpulkan sampel yang representatif dari wanita muda yang mencakup lebih dari 20.000 orang di 80 komunitas di seluruh Amerika Serikat, menemukan bahwa 85,1% wanita muda diidentifikasi sebagai heteroseksual; 0,5% melaporkan tidak ada identitas seksual; dan 14,4% sisanya adalah lesbian atau biseksual. Di antara pria muda, 94,0% mengidentifikasi diri mereka sebagai heteroseksual, 0,4% pria melaporkan tidak ada identitas seksual; dan 5,6% sisanya diidentifikasi sebagai gay atau biseksual.

Jangan khawatir penelitian tsb di Amerika. Proporsi di Indonesia bisa jadi lebih sedikit atau malah lebih tinggi, karena tentu budaya (kebiasaan, lingkungan, agama, dll) sangat mempengaruhi penelitian yang melibatkan orientasi seksual. Seperti yang terlihat di Eropa, misalnya, di Norwegia, lebih dari 20% anak perempuan dan wanita muda diidentifikasi sebagai lesbian (L. Wichstrøm and K. Hegna, 2003)

Lesbianisme sendiri berasal dari kata Lesbos. Lesbos adalah sebutan bagi sebuah pulau ditengah Lautan Egeis, yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita (dalam Kartono, 1985). Homoseksualitas dikalangan wanita disebut dengan cinta yang lesbis ataulesbianisme. Memang, pada usia pubertas, dalam diri individu muncul predisposisi (pembawaan, kecenderungan) biseksuil, yaitu mencintai seorang teman puteri, sekaligus mencintai teman seorang pria.

Psikologi adalah salah satu disiplin pertama yang melakukan studi homoseksualitas sebagai sebuah fenomena. Sebelum dan selama sebagian besar abad ke-20, psikologi melihat homoseksualitas sebagai model perilaku yang patologis. Sebelum tahun 1970an, banyak penelitian psikologi menyimpulkan bahwa homoseksual merupakan perilaku yang abnormal. Sebagian besar subyek penelitian adalah laki-laki gay dan lesbian; subyek penelitian mayoritas diambil dari penjara, rumah sakit jiwa dan konsultasi psikolog. Penelitian ini banyak dikritik karena sampel yang diambil adalah subyek yang ‘tertekan’, orang-orang miskin, gaya hidup minoritas, dsb, bukan mewakili sebuah populasi.

Diawali dengan protes para aktivis gay yang dibantu oleh banyak psikiatris menyelenggarakan konvensi di San Francisco yang membahas hak-hak kaum gay. Pada pertengahan 1970an, telah terjadi pergeseran penting dalam psikologi tentang homoseksual, yang beranggapan bahwa homoseksual dan lesbian berada dalam kisaran ‘normal’ perilaku manusia. Puncaknya adalah homoseksual dibuang dari American Psychiatric Association’s (APA) Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), atau yang lebih dikenal dengan DSM-III.

Data dari peneliti seperti Alfred Kinsey dan Evelyn Hooker, dan setelah pemungutan suara oleh para komite APA pada tahun 1973, yang dikonfirmasi oleh keanggotaan APA tahun 1974, menyimpulkan bahwa homoseksual bukan lagi termasuk gangguan mental, melainkan “gangguan orientasi seksual (sexual orientation disturbance) (Spitzer R.L., 1981).”

Pada tahun 1975, American Psychological Association (APA) merilis kebijakan resmi bahwa homoseksualitas bukan merupakan gangguan mental (mental disorders), dan mendesak profesional kesehatan mental untuk mengambil langkah untuk menghilangkan stigma ‘penyakit jiwa’ yang telah lama dikaitkan dengan seorang gay dan lesbian.

Banyak yang mengira dari fisik jika perempuan tomboy kebanyakan adalah seorang lesbian, tentu saja tidak. Lebih dari 16% perempuan heteroseksual juga melaporkan tomboys menjadi sebagai anak perempuan. Hanya 3-4% dari laki-laki heteroseksual melaporkan ‘menjadi’ banci ketika muda. Jadi jika anda disebut banci (mengingatnya dan bersedia mengakuinya) adalah prediktor yang lebih kuat menjadi homoseksual daripada yang disebut sebagai gadis tomboy.

Mendefinisikan baik aktivitas seksual maupun identitas sosial seorang lesbian sampai saat ini memang terus diperdebatkan. Menurut penulis feminis, Naomi McCormick (1994), indikator orientasi seksual seorang lesbian adalah pengalaman seks dengan wanita lain. Namun, McCormick menyatakan menolak seks bebas antar wanita, dimana lebih mengedepankan hubungan emosional, dukungan, sensitivitas, dan kedekatan idealis antar perempuan adalah sebagai bagian terpenting daripada hubungan seksual. Pandangan para lesbian feminis (Anti-Pornography Feminism) ini sebetulnya pernah ditentang sebelumnya oleh lesbian yang lebih berorientasi seksual (‘Pro-Sex’ Feminism) pada 1980an, yang terkenal dengan “Sex Wars” (Duggan, Lisa and Nan D. Hunter. 2006).

Banyak dari kita yang penasaran tentang orientasi seksual seorang lesbian. Apa yang membuat orang lesbian? Tidak persis diketahui apa yang menyebabkan seseorang menjadi gay dan lesbian, tetapi penelitian menunjukkan bahwa hal ini didasarkan pada faktor biologis individu. Orientasi seksual biasanya terlihat mulai pubertas. Meskipun orientasi seksual mulai berkembang sebelum kelahiran, cenderung berubah selama hidup seseorang. Naum ada pula yang menganggap faktor lingkungan yang lebih dominan.

Dahulu, untuk mengetahui orang tersebut lesbian atau gay digunakan alat ukur yang disebut Kinsey Scale. Alfred Kinsey (ahli psikologi yang turut memperjuangkan hak-hak gay) mengembangkan Kinsey Scale sebagai cara untuk menggambarkan orientasi seksual seseorang. Kinsey menemukan bahwa banyak orang tidak secara eksklusif gay atau lesbian, tetapi orientasi seksual mereka dapat di antara keduanya. Kategori-kategori Skala Kinsey antara lain :

0 — exclusively heterosexual
1 — predominantly heterosexual, infrequently homosexual
2 — predominantly heterosexual, but more than infrequently homosexual
3 — equally heterosexual and homosexual (bisexual)
4 — predominantly homosexual, but more than infrequently heterosexual
5 — predominantly homosexual, infrequently heterosexual
6 — exclusively homosexual

Hari ini, banyak peneliti menganggap Skala Kinsey terlalu sederhana. Mereka berpendapat bahwa orientasi seksual setiap orang mungkin lebih kompleks dari label dasar yang diberikan Kinsey. Setiap orang berbeda dan orientasi seksual setiap orang adalah unik. Orang dapat memilih untuk label orientasi seksual mereka yang mereka inginkan (menjadi gay, lesbi atau biseksual) dan banyak orang memilih tidak untuk label sama sekali (AntiSeks). Seperti kebanyakan orang di budaya barat, yang diajarkan bahwa heteroseksualitas adalah kualitas bawaan dalam semua orang. Ketika seorang wanita menyadari daya tarik seksual dan romantis wanita lain, lantas mengadopsi identitas lesbian, menantang apa yang masyarakat tawarkan dalam stereotip tentang heteroseksual.

Lantas apakah Lesbianisme merupakan sebuah gaya hidup ataukah abnormalitas seksual? Banyak kritik membangun yang diberikan pada Blog Dunia Psikologi saat menulis artikel ini. Sebelumnya kami juga mengklarifikasi tidak pernah menyebutkan lesbian adalah gangguan mental (mental disorder). Bagi banyak pembaca, kata Abnormalitas Seksual mungkin dianggap sama dengan Gangguan Mental (Mental Disorder). Padahal tidak ada maksud sedikitpun untuk menyamakan lesbian sebagai gangguan mental.

Kami menyerahkan sepenuhnya kepada pembaca, dan yang mesti di ingat sebelum menyimpulkan adalah pada faktanya kaum lesbi menjadi sebuah gaya hidup para wanita ketika issue gender semakin menguat. Menuduh mereka abnormalitas secara seksual juga terlalu naif, karena belum ada penelitian lesbian di Indonesia. Bisa jadi semakin banyaknya lesbian Indonesia karena ‘ketidakmampuan’ laki-laki menempatkan perempuan dalam tempat yang seharusnya. Allah Bissawab.

Rujukan :

  • Spitzer R.L. 1981. The diagnostic status of homosexuality in DSM-III: a reformulation of the issues. The American Journal of Psychiatry. PMID.
  • Buss, David. 2004. Evolutionary Psychology: The New Science of the Mind. Pearson
  • Savin-Williams RC, Ream GL. 2007. Prevalence and stability of sexual orientation components during adolescence and young adulthood. Archives of Sexual Behavior, volume 36. International Academy of Sex Research 
  • Wichstrøm, L. and Hegna, K. 2003. Sexual orientation and suicide attempt: A longitudinal study of the general Norwegian adolescent population,” Journal of Abnormal Psychology, volume 112.
  •  McCormick, Noami. 1994. Sexual Salvation: Affirming Women’s Sexual Rights and Pleasures, Praeger Publishers.
  • Duggan, Lisa and Nan D. Hunter. 2006. Sex Wars: Sexual Dissent and Political Culture. New York City: Routledge. 
  • Kartini Kartono. 1985. Psikologi Abnormal & Pathologi Seks. Penerbit Alumni. Bandung

10 Fakta Menarik Tentang Sigmund Freud

Anda tahu siapa Freud? Sigmund Freud adalah salah satu pemikir terkenal dalam sejarah psikologi. Meskipun banyak gagasan dan teori-teorinya tidak diterima secara luas oleh pemikir psikologi modern, ia memainkan peran utama dalam pengembangan ilmu psikologi. Kita tidak hendak membahas teori-teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, tetapi mengajak pembaca menyimak lebih dalam tentang Freud dalam sepuluh fakta menarik, dimana mengungkapkan tentang sisi kehidupan tokoh berikut ini.




1. Sigmund Freud adalah Anak Tertua dari Delapan Bersaudara

Freud lahir sebagai dengan nama Sigismund Freud Schlomo pada 6 Mei 1856. Jakob Ayahnya yang saat itu berusia 41 tahun adalah seorang pedagang wol yang sudah memiliki dua anak dari pernikahan sebelumnya. Ibu Freud, Amalia, dua puluh tahun lebih muda dari suaminya. Kegagalan bisnis ayahnya memaksa keluarga Freud untuk pindah dari rumah mereka di Freiberg ke Wina, Austria.

Freud adalah anak kesayangan Ibunya (Amalia). Sikap Amalia inilah yang diyakini Freud sebagai pengaruh besar dalam kesuksesan dirinya. “Orang yang lebih disukai oleh ibunya, mereka lebih mandiri dan optimis dalam kehidupan mereka, yang sering membawa keberhasilan”, kata Freud.

2. Sigmund Freud adalah Pendiri Psikoanalisis

Freud adalah seorang penulis yang sangat produktif, menerbitkan lebih dari 320 buku, artikel dan esai. Dari sekian banyak karyanya, Freud menjelaskan “The Interpretation of Dreams” sebagai favorit pribadinya juga memiliki kontribusi paling signifikan untuk memahami pemikiran manusia.

Buku Freud yang terkenal “The Interpretation of Dreams”, yang terbit tahun 1899 merupakan buku yang berisi dasar-dasar teori dan ide yang membentuk psikoanalisis. Pada tahun 1902, Freud membuat diskusi mingguan di rumahnya di Wina. Pertemuan-pertemuan informal yang akhirnya tumbuh menjadi Vienna Psychoanalytic Society.

3. Freud adalah Pendukung dan Pengguna Kokain

Sebelum efek berbahaya ditemukan, kokain sering digunakan sebagai analgesik dan euforia. Kokain bahkan digunakan dalam produk rumah tangga umum, termasuk pelega tenggorokan. Freud mengembangkan minat pada efek antidepresan dan potensi kokain, dimana awalnya dianjurkan penggunaannya untuk berbagai tujuan. Setelah mengetahui bahwa efek-sampingnya bersifat adiktif dan berbahaya, kesehatan Freud terganggu sebagai akibat penggunaan kokain secara berlebihan.

4. Sigmund Freud Mengembangkan “Terapi Bicara” (Talk Therapy)

                                                   
                                                           Sofa Sigmund Freud yang biasa digunakan untuk Terapi

Sementara banyak dari teori-teori Freud dikritik atau ditolak langsung oleh psikoterapis hari ini, banyak dari mereka masih menggunakan metode psikoanalis Freud, yakni “Terapi Bicara” (Talk Therapy). Terapi bicara memainkan peran utama dalam terapi psikoanalitik dan telah menjadi bagian penting dari banyak teknik terapi yang berkembang saat ini. Menggunakan terapi bicara, seorang terapist mencari pola atau peristiwa penting yang mungkin memainkan peran dalam masalah-masalah yang dihadapi seorang klien. Psikoanalisis percaya bahwa pengalaman masa kecil dan perasaan bawah sadar, pikiran dan motivasi berperan dalam kesehatan mental dan perilaku maladaptif pada manusia.

5. Putri Freud, Anna Freud adalah juga seorang Psikolog terkenal

Anna Freud memulai karirnya dipengaruhi oleh teori-teori ayahnya. Hidup dalam bayangan ayahnya, Anna Freud membuat kontribusi penting untuk ilmu psikologi. Dia mendirikan psikoanalisis anak dan merangkum ide tentang mekanisme pertahanan ego (ego’s defense mechanisms) dalam bukunya The Ego and the Mechanisms of Defense (1936).






6. Freud Menjadi seorang Dokter karena ingin menikahi Perempuan yang ia cintai

Ketika Sigmund Freud berusia 26 tahun, ia jatuh cinta dengan wanita bernama Martha Bernays yang saat itu berusia 21 tahun, mereka bertunangan dua bulan kemudian. Sebagai mahasiswa miskin yang masih tinggal dengan orang tuanya, pekerjaan Freud di laboratorium tidak cukup untuk mendukung keluarga. “My sweet girl, hanya sakit yang aku rasakan ketika begitu tak berdaya untuk membuktikan cintaku padamu,” tulis Freud untuk Martha.

Enam bulan setelah mereka bertemu, Freud akhirnya bertekad mengakhiri karir ilmiahnya dan menjadi dokter untuk membuktikan cintanya kepada Bernays. Ia menghabiskan tiga tahun training di Rumah Sakit Umum Wina, dan jarang melihat tunangannya yang telah pindah ke Jerman. Setelah empat tahun menunggu, Freud dan Bernays menikah pada tanggal 14 September 1886. Keduanya memiliki enam anak.

7. Kutipan terkenal Freud “Sometimes a Cigar Is Just a Cigar”

Kutipan terkenal “Sometimes a Cigar Is Just a Cigar”, sering dibahas dan dikaitkan dengan Freud, sebetulnya tidak ada bukti bahwa dia pernah benar-benar mengatakannya. Menurut penulis biografi Freud, Ernst Jones, Freud memang seorang perokok (cerutu) berat, merokok hingga dua puluh batang cerutu perhari. Seseorang pernah bertanya kepada Freud, apakah perilaku merokoknya tersebut mensimbolkan sesuatu (sesuai dengan ide-ide psikoanalisisnya). Freud membantahnya, ya.. psikoanalis terkenalpun menganggap bahwa tidak semua perilaku memiliki arti tersendiri dan simbolis. Tidak ada alasan khusus dan penyebab kenapa Freud merokok, bahwa “Sometimes a Cigar Is Just a Cigar”.

8. Sigmund Freud mengunjungi Amerika Serikat hanya sekali seumur hidupnya

Tidak seperti ilmuwan-ilmuwan pada umumnya, Sigmund Freud mengunjungi Amerika Serikat hanya sekali dalam hidupnya. Pada tahun 1909, psikolog Amerika, Stanley Hall mengundang Freud untuk berbicara tentang psikoanalisis di Clark University. Awalnya ia menolak tawaran tersebut, namun akhirnya Freud pergi ke Amerika dengan rekan-rekannya Carl Jung dan Sandor Ferenczi.

Setelah bertemu dengan A.A. Brill dan Ernst Jones, menghabiskan beberapa hari di New York sebelum melakukan perjalanan ke Clark University di mana Freud menyampaikan serangkaian ceramah tentang sejarah dan munculnya psikoanalisis. “Saat aku melangkah ke podium, Psikoanalisis tidak lagi produk dari khayalan dan telah menjadi bagian berharga dari perkembangan ilmu pengetahuan” ujar Freud.

9. Sigmund Freud terpaksa meninggalkan Austria karena Nazi

Bersama dengan para pemikir terkenal lainnya, buku-buku Freud dibakar. “Apa kemajuan yang telah kita buat?” kata Freud. “Pada Abad Pertengahan mereka mungkin membakar saya, saat ini mereka puas dengan pembakaran buku-buku saya”. Freud dan putrinya Anna berdua diinterogasi oleh Gestapo sebelum temannyaMarie Bonaparte mampu menyelamatkannya menuju Inggris. Bonaparte juga mencoba untuk menyelamatkan empat adik perempuan Freud, tapi tidak mampu untuk melakukannya. Keempat wanita kemudian meninggal di kamp konsentrasi Nazi.


10. Sigmund Freud melakukan Lebih dari 30 Operasi untuk Mengobati Kanker Mulutnya

Sigmund Freud adalah seorang perokok cerutu berat sepanjang hidupnya. Hal itu menyebabkan dirinya mengidap kanker mulut. Pada tahun 1939, setelah operasi kanker yang ke sekian kalinya, Freud meminta dokter untuk membantu dia melakukan bunuh diri. Dokter memberikan tiga kali dosis morfin dan Freud akhirnya meninggal September 23, 1939.

Referensi:
Grubin, D. (2002). Young Dr. Freud: A film by David Grubin. Devillier Donegan Enterprises.
Wallace, I. (1975). “Dr. Freud Visits America. The People’s Almanac.

9 Manfaat Sebuah Senyuman

Tersenyum (smiles) lebih dari sekedar ungkapan rasa senang dan bahagia. Setiap orang pasti pernah tersenyum, ketika sendiri maupun berada dalam lingkungan sosial, namun bukan hanya memberi sinyal bahwa mereka bahagia, jauh dari itu. Kita tersenyum untuk tujuan sosial tertentu, karena dapat mengirimkan segala macam ‘sinyal’ yang dapat berguna untuk orang lain.

Berikut ini adalah 9 manfaat sebuah senyuman yang dapat kita gunakan untuk mengirimkan pesan tentang kepercayaan (trustworthiness), keramahan (attractivity) dan banyak lagi. Mari kita simak ;

1. Membuat orang lain untuk mempercayai Anda

Dalam sebuah lingkungan, di mana semua orang mudah berbohong, siapa yang harus kita percaya? Salah satu ‘sinyal’ yang menunjukkan kita dapat dipercaya orang lain adalah tersenyum. Senyum yang tulus dapat mengirim pesan bahwa orang lain bisa percaya dan bekerja sama dengan kita. Orang yang tersenyum dinilai lebih tinggi kemurahan hatinya, dan ketika orang berbagi satu sama lain mereka cenderung menampilkan senyum yang tulus (Mehu et al., 2007).

Para ekonom bahkan menganggap bahwa senyum memiliki nilai. Dalam satu studi oleh Scharlemann dkk (2001), subjek penelitian cenderung mempercayai orang lain jika mereka tersenyum. Studi ini menemukan bahwa tersenyum berpengaruh pada tingkat kepercayaan kepada orang lain sekitar 10%.

2. Senyum meringankan ‘hukuman’

Ketika orang melakukan hal-hal buruk mereka sering tersenyum. Ketika anda ditilang pak polisi di jalan bagaimana ekspresi anda? Kemungkinannya ada dua, tersenyum dan ketakutan. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh LaFrance dan Hecht (1995), menunjukkan bahwa orang-orang yang melanggar aturan, mereka tersenyum setelah tertangkap basah. Tidak peduli apakah itu senyum palsu, senyum sedih atau senyuman tulus. senyuman ini cukup berguna karena kita lebih dapat dipercaya daripada mereka yang tidak tersenyum. Alhasil, orang yang mendapati kesalahan anda, akan lebih mudah memaafkan jika anda tersenyum.

3. Pembelaan diri dari sosial slip-up

Pembelaan diri dari sosial slip-up, istilah kerennya “Ngeles” karena malu. Ya, senyuman dapat berguna ketika anda sedang ngeles dan malu. Coba ingat-ingat ketika kamu lupa janji dengan pacar kamu? Apa yang anda lakukan ketika secara tidak sengaja menendang seorang anak kecil? Atau ketika anda telah tersandung kulit pisang didepan banyak orang? pasti tersenyum bukan?

Rasa malu dan senyuman berfungi untuk keluar dari sebuah lingkungan sosial yang menekan (Keltner & Buswell, 1997). Senyum karena malu yang kadang disertai tawa kecil bermanfaat menyadarkan diri kita untuk melihat sebuah kesalahan. Tidak hanya itu, senyuman juga bermanfaat agar dimaafkan kesalahan yang kita lakukan tersebut.

4. Tersenyum karena takut merasa buruk

Kadang-kadang kita tersenyum karena itu dianggap sebagai kesopanan, sehingga kita dapat menghindari perasaan buruk orang lain terhadap kita. Dalam sebuah studi (LaFrance, 1997), orang diminta untuk tetap diam membatu ketika mendengar orang lain mendapatkan kabar baik, mereka merasa tidak enak kalau tidak tersenyum dan merasa orang lain akan berpikir buruk tentang dirinya jika tidak tersenyum. Jadi, tersenyum untuk kebaikan orang lain tidak ada salahnya bukan!? Karena jika anda tidak tersenyum maka anda akan dianggap tidak berperasaan, hehe..

5. Tersenyum saat menderita

Tersenyum adalah salah satu cara untuk mengurangi penderitaan yang disebabkan oleh situasi yang menjengkelkan. Psikolog menyebutnya facial feedback hypothesis. Memaksa tersenyum ketika kita merasa tertekan sudah cukup untuk mengangkat suasana hati kita, meskipun sedikit.

Tapi harus diingat, tersenyum terhadap situasi mengecewakan mungkin berguna bagi kondisi internal anda, tetapi hal ini tidak terlihat oleh orang lain. Penelitian Ansfield (2007) menunjukkan subjek penelitian yang melihat video menyedihkan, merasa lebih baik ketika mereka tersenyum daripada mereka yang tidak. Tetapi, orang-orang yang tersenyum melihat gambar yang menyedihkan dinilai kurang baik oleh orang lain.

6. Tersenyum untuk pesona seksual

Senyum perempuan memiliki efek magis pada pria, lebih dari sekedar kontak mata. Sebuah studi menunjukkan bagaimana pria mendekati perempuan di sebuah bar (Walsh & Hewitt, 1985). Ketika seorang wanita hanya menjalin kontak mata dengan seorang pria, keberhasilan dia didekati hanya 20% dari waktu yang dibutuhkan. Namun, ketika wanita yang sama menambahkan sebuah senyuman, pria mendekati lebih cepat 60% dari waktu tersebut.

Tersenyum meningkatkan daya tarik perempuan terhadap pria, namun tidak sebaliknya. Ketika laki-laki tersenyum pada wanita, efeknya kurang magis. Karena ada beberapa pria terlihat lebih keren bagi wanita saat diam atau bahkan malu, daripada ketika mereka terlihat senyum dan senang (Tracy & Beall, 2011). Mengurangi senyuman membuat seorang pria terlihat lebih maskulin.

7. Menyembunyikan sesuatu yang anda pikirkan

Senyum yang tulus tidak pernah berbohong. Sedangkan senyum palsu melibatkan mulut, sedangkan senyum yang tulus ‘menyebar’ hingga mata. Meskipun begitu, senyuman dapat digunakan untuk menyembunyikan apa yang kita pikirkan, tapi tidak mudah melakukan senyum palsu. Agar senyuman anda dapat dipercaya usahakan senyuman tersebut menyebar di seluruh wajah dan buat mata anda sedikit berbinar. Sulit? untuk yang satu ini anda perlu berlatih.

8. Senyum untuk menghasilkan uang

Kita sudah melihat bahwa ekonom telah menghitung nilai sebuah senyuman, tapi apakah tersenyum membuat kita mendapatkan uang? Tidd dan Lockard (1978) menemukan pelayan (pramusaji) yang tersenyum diberikan tip lebih banyak daripada yang tidak. Secara umum, dalam industri jasa, seperti pramugari atau pekerja hiburan dan perhotelan secara nyata dibayar karena tersenyum kepada pelanggan. Tapi, hati-hati, Psikolog menyebutkan ketidaksesuaian antara senyum tulus dan tidak, dapat menyebabkan fisik kelelahan saat bekerja. Jadi, senyum memang bisa menghasilkan uang, tetapi juga dapat menimbulkan “sengsara”.

9. Tersenyum dan (setengah) dunia tersenyum dengan Anda

Salah satu kebahagiaan dalam kehidupan sosial adalah ketika anda tersenyum pada seseorang dan mereka tersenyum kembali. Meskipun, tidak semua orang tersenyum kembali. Penelitian Hinsz dan Tomhave (1991) melihat berapa proporsi orang akan menanggapi sebuah senyuman. Hasilnya menunjukkan sekitar 50% orang membalas. Sebagai perbandingan, hampir tidak ada yang orang menanggapi sebuah senyuman dengan kerutan dahi.

Sekarang ada mengerti alasan untuk tersenyum. Jadi tersenyumlah sebelum senyum itu dilarang!!





PSIKOLOGI......????? APA ITU......?????

   Suka dengarin curhat teman? Selalu ingin tahu apa yang dirasakan seseorang? Pengen banget menyelesaikan masalah orang lain-entah itu teman, saudara, bahkan orang yang belum kita kenal? Atau kamu  juga tertarik untuk mendalami masalah umum yang terjadi di sekitar kamu?
       
     Nah, kalau memang suka, kenapa nggak jadi psikolog, saja? Dengan menjadi psikolog, kamu nggak hanya bisa mengenal dirimu sendiri, tetapi kamu juga akan memahami diri banyak orang . secara langsung, kamu dapat mempelajari karakter banyak orang. Hal ini bukan tak mungkin akan melahirkan banyak pertemanan. Maka tak heran kalau psikolog itu biasanya memiliki banyak teman. Banyak juga psikolog yang namanya melambung karena banyak menangani kasus-kasus yang sedang mencuat. Yang lebih mengasyikkan, beberapa psikolog popularitasnya bisa sejajar dengan artis, lho! 

     Sebelum lebih jauh membahas tentang dunia psikolog , nggak ada salahnya kita mengenal lebih lanjut, seperti apakah dunia psikolog itu? Psikolog adalah orang yang membantu menangani problema atau masalah yang berkaitan dengan psikis seseorang. Psikis artinya sesuatu yang ada di dalam jiwa atau diri manusia , seperti pikiran, emosi, dan perilaku.

     Mungkin kamu bertanya-tanya, samakah psikolog dengan psikiater? Jawabannya adalah tidak! Meski sama-sama mempelajari masalah-masalah klinis kejiwaan, keduanya merupakan profesi yang berbeda. Psikiater umumnya menangani kasus-kasus klinis yang tingkatannya lebih berat, bahkan umumnya membutuhkan obat-obatan. Sedangkan psikolog umumnya menangani kasus –kasus yang hanya memerlukan penanganan melalui psikoterapi.

     Selain psikiater, psikolog juga bekerja sama dengan neurolog atau dokter ahli saraf. Karena tak jarang masalah-masalah yang ditangani oleh psikolog berkaitan erat dengan emosi atau pikiran yang berhubungan dengan neurofaal atau masalah saraf.

      Psikologi berasal dari kata Yunani yaitu psyche dan logos. Psyche artinya napas kehidupan yang berupa jiwa atau roh. Sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi bisa juga diartikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku dan proses mental.

     Dalam perkembangannya, psikologi lebih mengarah pada pembahasan atau pengkajian sisi-sisi manusia dari segi yang bisa diamati. Mengapa? Karena jiwa manusia bersifat abstrak sehingga tidak dapat diamati secara empiris. Padahal objek kajian setiap ilmu harus dapat diobservasi dengan pancaindra. Walaupun besar kemungkinannya gerak-gerik lahiriah seseorang belum tentu menggambarkan keadaan jiwa yang sebenarnya, namun secara tradisional, psikologi lazim diartikan sebagai satu bidang ilmu yang mencoba mempelajari perilaku manusia.     

    Para ahli psikologi belakangan ini juga cenderung menganggap psikologi sebagai suatu ilmu yang mencoba mengkaji proses akal manusia dan segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia tersebut. Tujuan pengkajian akal ini adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol perilaku manusia.

   Psikologi yang mentalistik melahirkan aliran yang disebut psikologi kesadaran. Tujuan utama aliran psikologi kesadaran adalah mencoba mengkaji proses pikiran akal manusia dengan cara melakukan intropeksi atau mengkaji diri sendiri. Oleh karena itu, psikologi kesadaran lazim juga disebut psikologi introspeksionisme. Psikologi ini merupakan proses kerja akal dengan cara melihat kedalam diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi.

      Psikologi yang behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikologi perilaku. Tujuan utama ppsikologi ini adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa reaksi apabila suatu rangsangan terjadi dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan mengontrol perilaku itu.

      Psikologi yang kognifistik dan lazim disebut juga p sikologi kognitif mencoba mengkaji proses-proses kognitif manusia secara ilmiah. yang dimaksud proses kognitif adalah proses akal manusia yang bertanggung jawab untuk mengatur pengalaman dan perilaku manusia. Terdapat perbedaan psikologi kognitif dengan psikologi kesadaran. Menurut paham mentalisme, proses-proses akal itu berlangsung setelah terjadinya rangsangan. Sedangkan menurut psikologi kognitif , proses akal itu dapat terjadi karena adanya kekuatan dari dalam, tanpa ada rangsangan terlebih dahulu.

       Karena para ahli jiwa punya penekakan yang berbeda-beda, maka defenisi yang dikemukakan tentang ilmu psikologi juga berbeda. Dr. Singgih Dirgagunarsa mengatakan bahwa ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Agar kamu lebih mudah memahami, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan seseorang, termasuk sikap, perilaku, sifat kemampuan berpikir, kemampuan bertindak, dan lain-lain yang mempengaruhi kehidupan manusia itu pada umumnya.

     Psikologi tidak mempelajari jiwa atau mental secara langsung karena sifatnya yang abstrak. Tetapi psikologi membatasi untuk mengkaji manifestasi dan ekspresi dari jiwa atau mental tersebut. Yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga psikologi dapat juga didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
         
       Psikologi juga termasuk ilmu pengethuan ilmiah, karena psikologi memenui syarat-syarat sebagai suatu ilmu pengatahuan ilmiah.

     Psikologi merupakan sebuah kajian ilmiah menggunakan metode ilmiah untuk menjelaskan perilaku manusia dan proses berpikir secara obyektif dan terpercaya, dan bukannya memberikan penjelasan dari hasil intuisi semata (hanya menggunakan perasaan) atau spekulasi (perkiraan).

        Psikologi juga banyak mempelajari perilaku manusia yang tampak, seperti cara berpikir, cara betingkah laku, dan lain-lain. Selain itu, psikologi juga mempelajari proses mental dan kejadian-kejadian biologis yang berada dibalik perilaku mauisa, dengan mempertimbangkan faktor sejarah ekonomi, sosial, dan budaya.

       Banyak yang bertanya, sebenarnya apa sajakah yang dipelajari oleh bidang yang satu ini? Yang jelas, jika kamu belajar psikologi akan mempelajari perilaku manusia yang tampak dan bisa diamati secara langsung. Contohnya menangis, tertawa, marah atau kegiatan seperti belajar, bergerak, dan lain-lain. Kamu juga akan mempelajari proses mental atau perilaku yang tidak tampak, misalnya proses berpikir, merasakan dan mengingat. Selain itu, psikologi juga mempelajari kejadian-kejadian biologis yang berada dibalik perilaku manusia.

       Intinya, ilmu psikologi itu mencoba memahami suatu permasalahan. Dalam hal ini, umumnya psikolog mengajukan berbagai pertanyaan. Melalui pertanyaan ini kemudian dicari jawabannya dengan berbagai metode/cara. Metode tersebut antara lain meliputi eksperimen, baik di laboratorium maupun dilapangan. Selain itu psikolog juga menggunakan metode observasi, wawancara, survei dan studi kasus. Dengan demikian, psikologi berperan sebagai pembuka pintu bagi pemecahan sebuah masalah.

       Hasil dari kegiatan di atas kelak akan digunakan untuk mengamati, menyebutkan, menjelaskan, dan memprediksi perilaku selanjutnya. Untuk membantu terlaksananya fungsi psikologi itu digunakan metodedan data-data di atas. Aplikasi atau penerapan dari hasil ini yang jelas ada di berbagai bidang kehidupan. Tujuannya tentu saja untuk membantu dan memudahkan pekerjaan manusia. Contohnya adalah sebagai berikut: dengan memehami proses dan cara manusia belajar, para pendidik dapat merangcang sebuah sistem belajar yang efektif, misalnya melalui penataan kelas atau menciptakan berbagai jenis permainan untuk dimainkan di kelas-kelas di TK atau SD.

     Psikologi juga dapat diaplikasikan di bidang industri. Misalnya penataan ruang kerja dengan mempertimbangkan faktor psikologis, seperti kebutuhan interaksi, kelelahan, perhatian, serta konsentrasi. Pada bidang yang lebih khusus lagi, misalnya kesehatan mental, psikologi telah memberikan jalan keluar bagi banyak orang untuk menemukan pemecahan masalah yang mereka hadapi sehari-hari.

         Psikologi adalah ilmu yang masih sangat muda. Karena itulah belum banyak pertanyaan tentang perilaku dan permasalahan manusia yang dapat dijawab dan diselsaikan oleh psikologi. Jika dibandingkan dengan ilmu lainnya, seperti ilmu pasti atau alam, maka psikologi atau ilmu kejiwaan ini bisa dikatakan sebagai ilmu yang kurang tegas. Mengapa demikian?

           Menurut Drs. H. Abu Ahmadi, penulis buku Psikologi Umum, psikologi dikatakan “ilmu yang kurang tegas” karena ilmu ini mengalami perubahan, perubahan, tumbuh, dan berkembang untuk mencapai kesempurnaan. Menurutnya, karena sifatnya yang abvstrak, maka kita dapat mengetahui jiwa secara wajar, melainkan kita hanya mengenalinya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak tampak, tidak dapat dilihat oleh diri kita.. Demikian pula hakikat jiwa, tidak seorang pun dapat mengatahuinya. Manusia bisa mengetahui kondisi jiwa seseorang hanya dengan mengamati tingkah lakunya. Tingkah laku itulah yang merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita lihat dari luar.

          Contohnya adalah seseorang yang menangis. Kenyataannya, jiwanya sedang bersedih. Mungkin ada sebuah kejadian yang membuatnya terluka, menderita, atau sakit hati sehingga kondisi itu diungkapkan dengan air mata. Kondisi tersebut akhirnya terbaca oleh kita, sehingga kita mengetahui bahwa orang tersebut sedang berduka. Nah pernyataan jiwa itu kita namakan gejala jiwa, di antaranya terdiri dari mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir dan sebagainya. Dari situlah orng kemudia membuat defenisi bahwa ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
         
         Secara umum psikologi iitu diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia. Namun, para ahli banyak mempunyai penekakan berbeda-beda pula. Di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Dr.Singgih Dirgagunarsa, bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Sementara itu, filsuf Yunani Plato dan Aristoteles menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya samapi akhir. Lalu John Bradus Watson memandang psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari yang tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang objektif serta rangsangan dan jawaban (respons).

         Meski terjadi perbedaan defenisi ilmu psikologi oleh para ahli psikologi, namun kita tetap sepakat bahwa ilmu psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.


Sumber : Dennis G. Fitriyan. 2012. Bekerja Sebagai Pikolog referensi bimbingan karier. Solo. Esensi.

Saturday, April 20, 2013

Interaksi Manusia dan Teknologi

Judul : “Pengaruh Telepon Seluler Terhadap Kehidupan Remaja”.



DISUSUN OLEH :

Erick Fernandes Siagian
(111402099)



Program Studi S-1 Teknologi Informasi
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Sumatera Utara
2013



Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah pengantar psikologi.

Pada karya ilmiah ini penulis akan membahas tentang “Pengaruh Telepon Seluler Terhadap Kehidupan Remaja”. Tidak dipungkiri lagi bahwasanya akibat dari perkembangan teknologi yang semakin pesat.

 Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fillia Dina Anggaraeni selaku dosen mata kuliah Pengantar Psikologi yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah bekerjasama.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran guna menyempurnakan karya ilmiah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun karya ilmiah atau tugas-tugas selanjutnya.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.

Medan, 20 April 2013


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Definisi Operasional Variabel
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian telepon seluler
2.2 Perkembangan telepon seluler
BAB V : PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

       Suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan pada kehidupan manusia, telah menjadi suatu yang bermanfaat untuk mempermudah semua aspek kehidupan bernama TEKNOLOGI. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi. Konsumsi masyarakat akan teknologi menjadikan dunia teknologi semakin lama semakin canggih komunikasi yang dulunya memerlukan waktu yang lama dalam penyampaiannya kini dengan teknologi segalanya menjadi sangat dekat dan tanpa jarak.
Akhir-akhir ini banyak kaum remaja yang tidak bisa lepas dari telepon seluler dan ada beberapa yang melatarbelakangi peneliti untuk menulis laporan penelitian ini.
       Faktor utama yang melatarbelakangi peneliti untuk menulis laporan penelitian ini adalah :
      1. Kehidupan manusia modern yang tak bisa terlepas dari penggunaan telepon seluler. Awalnya         teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. Lahir dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah kegiatan-kegiatannya yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Kini teknologi telah berkembang pesat dan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman sehingga terjadi pengalihan fungsi teknologi. Contohnya pada salah satu fasilitas canggih pada masa ini yang akan kami bahas yaitu mengetahui telepon seluler yang lebih dikenal dengan sebutan telepon seluler.
       2. Dalam kenyataan banyak kaum remaja yang menggunakan telepon seluler yang tanpa mereka ketahui bahwa telepon seluler ini mempunyai dampak negatif. Hal inilah yang menjadi dorongan bagi peneliti untuk menkaji masalah ini perlu dijelaskan dengan mengemukakan argumentasi logika dan kenyataan di lapangan paling tidak untuk mengurangi dampak negatif dan mengambil dampak positif dari penggunaan telepon seluler.

1.2 Identifikasi Masalah

      Dari latar belakang diatas maka masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja dampak positif dan negatif daripenggunaan telepon seluler?
2. Apa pengaruh penggunaan telepon seluler bagi kehidupan?
3. Bagaimana cara menanggulangi dari dampak negatif bagi pengguna telepon seluler?

1.3 Tujuan Penelitian

      Dari rumusan masalah diatas maka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya yaitu:
1. Menunjukkan dampak positif dan dampak negatif akibat penggunaan telepon seluler terhadap kehidupan remaja.
2. Memberikan cara agar tidak terjerumus kedalam dampak negatifnya dan hal inilah yang juga akan dideskripsikan oleh peneliti dalam Laporan Penelitian ini.

1.4 Manfaat Penelitian

      Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua diantaranya yaitu:
1. Bagi Peneliti, berguna untuk memberikan wawasan peneliti tentang penulisan Laporan Penelitian.
2. Bagi siswa, agar mereka bisa menyaring atau mengidentifikasi antara yang baik dan buruk dari penggunaan telepon seluler.
3. Bagi Wali Murid, agar lebih memperhatikan dan memberi pertimbangan kepada mereka dalam memberikan sesuatu hal kepada anaknya apakah sesuatu itu bermanfaat atau tidak terutama telepon seluler.

1.5 Definisi Operasional Variabel

       Penyusunan definisi operasional variabel diperlukan untuk menjelaskan definisi dari variabel yang dipilih oleh peneliti.Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih subtantive dari suatu konsep tujuannya agar peneliti dapat mencapat suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya (Acuan Normatif Penelitian.Jakarta: Al-Haramain Publishing House.Hal:36)
       Telepon Seluler : sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line sehingga konvesional namun dapat dibawa kemana-mana (portable) dan tidak perlu disambungan dengan jaringan telepon menguunakan kabel (Nirkabel Wireless).
       Kehidupan Remaja : suatu ciri yang membedakan objek yang memiliki isyarat dan proses penopang diri (organisme hidup) dengan objek yang tidak memilikinya periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Telepon Seluler

      Apa itu telepon seluler? Telepon seluler atau telepon seluler adalah sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line sehingga konvesional namun dapat dibawa kemana-mana (portable) dan tidak perlu disambungan dengan jaringan telepon menguunakan kabel (Nirkabel Wireless).
      Generasi pertama sistem seluler analog yaitu AMPS (Advance Mobile Phone Service) versi dari AMPS dikenal dengan Narrowband Advance Mobile Phone Service (NAMPS) yang menggabungkan teknologi digital, sehingga system ini dapat digunakan untuk membawa tiga kali lebih besar kapasitas pada setiap panggilan versinya.pada tahun 1981 muncul NMT (Nordie Mbile Telepon System). Pada tahun 1982 munculah GSM (Global System For Mobile Communication).
       Pada tahun 1990 jaringan Amerika Utara bergabung membentuk standarisasi IS-54B dimana stadarisasi ini adalah yang pertama kali menggunakan dual mode seluler berdasarkan teknik penyebaran spectrum untuk meningkatkan kapasitas yang disebut IS-95,dengan menggunakan protokol AMPS sebagai defaultnya, akan tetapi mempunyai cara kerja SEC normal yang berbeda dengan analog seluler serta lebih canggih dibanding IS-54.
       Pada awalnya disebutkan bahwa yang menggunakan teknologi system Code Devision Multiple Access(CDMA) secara digitalakan meningkatkan kapasitas tinggi hingga 10 sampai 20 kali pada system selulerenya. Meskipun konsep tersebut mengedankan hal inilah yang menjadikan system berdasarkan CDMA manjdi metode transmisi pilihan pada pemasangan-pemasangan baru diatas sistem CDMA. Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu GSM dan CDMA tetapi sekarang ada era generasi baru telepon seluler yaitu era generasi ke-3 (3G) dimana generasi ini telah merambat ke layanan internet secara wireless. Beberapa tahun yang lalu telepon seluler hanya dimiliki oleh kalangan pembisnis yang memang benar-benar membutuhkan itu untuk kelancaran pekerjannya. Siring berjalannya waktu telepon seluler bisa dimiliki oleh semua kalangan. Baik yang sangat membutuhkan maupun yang kurang membutuhkan. Karena sekarang telepon seluler dilengkapi dengan beberapa fitur yang membuat telepon seluler memiliki beberapa fungsi selain menelepon atau saling berkirim pesan singkat. Telepon seluler kini bukan lagi sekedar alat untuk berkomunikasi namun juga sebagai gaya hidup,penampilan,tren, dan prestasi.
Kini dunia telepon seluler adalah dunia untuk berkomuniksi,berbagi,mencipta, dan menghibur dengan suara,tulisan,gambar musik,dan video. Disamping harga yang ditawarkan cukup terjangkau berbagai fitur telepon seluler juga diberikan sebagai penunjang majunya teknologi dengan semakin berkembang teknologi.

2.2 Perkembangan Telepon Seluler dari Masa ke Masa

      Telepon seluler saat ini memang bukan barang yang mewah dan aneh bagi masyarakat indonesia industri. Industri telepon seluler begerak sangat cepat setara dengan melesatnya kecepatan suaranya. Kini semakin banyak teknologi pendukung yang terintregasi dengan produk telepon seluler. Sperti radio FM, kamera digital, dan pemutar MP3. Belum lagi ukuran telepon seluler yang berlomba untuk makin kecil dan menarik.
Pilihan operator dan jangkauan operatorpun menjadi smeakin banyak di pasaran turut memanjakan konsumen. Telepon seluler kini bukan lagi sekedar alat untuk berkomunikasi namun juga sebagai gaya hidup, penampilan, tren, dan prestasi.kini dunia telepon seluler adalah dunia untuk berkomunikasi,berbagi,mencipta, dan menghibur bikdenga suara, tulisan, gambar, nusik maupun video.
      Teknologi telepon seluler pertama kali diperkenalkan pada tahun 3April 1973. Komunitas bisnis telepon bergerak mengingatnya sebagai hari lahirnya telepon seluler. Saat ini untuk pertama kalinya pembicaraan jarak jauh dengan perangkan telepon bergerak portable dilakukan yang pertama kali mencobanya adalah Martin Cooper, General Maneger Devisi System Komunikasi Motorola. Ide telepon seluler datang dari Cooper yang bermimpi untuk membuat alat komunikasi yang fleksibel. Ia menginginkan untuk dapat keluar dari keterbatasan telepon tetap(fixed phone). Telepon seluler Mr. Cooper ini memiliki berat hampir 1 kg dengan ukuran tinggi 33 cm sebagaiteknologi baru, telepon seluler tersebut tidak langsung dijual ke masyarakat. Perlu waktu sampai 10 tahun sampai tersedia layanan komersial telepon bergerak.
Tepatnya pada tahun 1983, ketika motorola memperkenalkan DynaTAC 8000X. Inilah telepon seluler pertama yang menapat izin dari Federal Communications Commission(FCC) dan bisa dipergunakan untuk tujuan komersial. FCC adalah badan pemerintah di AS yang mengatyr semua regulasi menyangkut penyiaran (broadcasting)dan pengiriman sinyal radio atau televisi lewat gelombang udara. Telepon Seluler initersedia di pasran pada bulan April 1983. Beratnya sekitar 16 ons atau 1/5 kg. Dijual dengan harga 3.500 dolar AS atau sekitar Rp. 30-an juta.

BAB V

PENUTUP


5.1 Simpulan

      Dari pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Dampak Telepon Seluler

o Dampak Positif
1. Mempermudah komunikasi.
2. Menambah pengetahuan tentang perkembangan teknologi.
3. Memperluas jaringan persahabatan.

o Dampak Negatif
1. Mengganggu Perkembangan Anak ,
2. Efek radiasi
3. Rawan terhadap tindak kejahatan.
4. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku siswa.
5. Pemborosan

2. Pengaruh Penggunaan Telepon seluler Terhadap Kehidupan

o Kebiasaan Buruk Pemakai Telepon seluler.
Pakar terkait menunjukkan 6 kebiasaan buruk pemakaian telepon seluler yang merugikan kesehatan itu meliputi :
1. Menggantungkan telepon seluler dileher atau pinggang.
2. Menempelkan telepon seluler di telinga ketika menelepon..
3. Sinyal telepon seluler semakin lemah ketika menempel di telinga.
4. Percakapan telepon seluler terlalu lama.
5. Sembunyi di sudut tembok dan bisik-bisik menerima telepon rahasia.
6. Mondar-mandir (selalu bergerak).

o Sinyal Telepon seluler Bagi Otak
Berhati-hatilah dengan pesawat telefon seluler Anda. Emisi sinyal telefon seluler ternyata bisa merangsang bagian korteks otak yang paling dekat dengan pesawat telefon itu. Pengaruh telepon seluler pada otak dan hubungannya dengan kanker.
Hampir dua miliar orang di seluruh dunia sudah menggunakan telepon seluler. Dari jumlah tersebut lebih dari 500 juta menggunakan jenis yang memancarkan medan elektromagnetik yang dikenal sebagai GSM (Global System for Mobile Communication. Boleh dikatakan, penggunaan EMF (frekuensi elektromagnetik) dalam jangka waktu lama dan kontinu berkaitan dengan penggunaan telepon seluler dalam kehidupan sehari-hari mungkin akan memicu risiko atau bahkan manfaat bagi penderita sakit otak.
Sebenarnya, studi medis mengenai penggunaan telepon seluler dan pengaruhnya pada otak telah memberi hasil beragam. Tahun lalu para peneliti Swedia menemukan penggunaan telepon seluler dalam jangka waktu lama akan meningkatkan risiko tumor otak. Namun, studi ini dimentahkan empat operator telepon seluler Jepang yang tak menemukan bukti bahwa gelombang radio dari telepon seluler bisa membahayakan sel atau DNA.

3. Berikut adalah cara menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan telepon seluler di antaranya :
o Hindarkan ponsel dari jangkauan bagian tubuh yang sensitif,
o Pergunakan speaker atau headset,
o Mematikan ponsel ketika tidak ada jaringan sinyal,
o Lepas semua pelindung yang ada pada ponsel,
o SMS
Cara mudah yang bisa Anda gunakan untuk menghidari dampak negatif telepon seluler secara berlebihan adalah dengan menggunakan komunikasi SMS.

5.2 Saran

1) Tidak perlulah seorang pelajar menggunakan telepon seluler yang memiliki fitur-fitur yang berlebihan karena dapat mengganggu konsentrasi belajar.
2) Gunakan telepon seluler seperlu mungkin (SMS atau telephone) guna menghindari dampak negatif dari penggunaan telepon seluler.
3) Manfaatkan fasilitas telepon seluler untuk kegiatan sekolah, seperti browsing, pemotretan (bila dibutuhkan).
4) Mematuhi kebijakan sekolah dimana siswa dilarang membawah telepon seluler pada saat sekolah.
5) Perlu penegasan terhadap siswa atau pelajar dalam penggunaan telepon seluler, baik dari guru maupun orang tua di rumah.

DAFTAR PUSTAKA


INTERNET
http://feelslikehome-ptk.blogspot.com/2007/07/perkembangan-telepon seluler-dan-jurnalisme.html
http://rana08.wordpress.com/2008/10/06/sejarah-dan-perkembangan-telepon seluler/
http://id.wikipedia.org/wiki/telepon seluler

Friday, March 29, 2013

Survey Psikologi / Ruang Lingkup Kampus IT

Pada tanggal 27 Maret 2013 – 28 Maret 2013, saya mengadakan survey secara online mengenai ‘Survey Psikologi / Ruang Lingkup Kampus IT’. Survey tersebut bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum dan juga untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan antara Psikologi dan IT.

Ruang Sampel yang saya ambil dari survey kali ini adalah mahasiswa Teknologi Informasi USU dari berbagai angkatan. Jumlah responden nya adalah hanya 9 orang.  Tapi tidak bertambah juga.  Maka dari itu saya baru bisa post hasil nya ini. Jam segini.

Terdapat beberapa pertanyaan. Antara lain:

1. Saat pertama melihat kampus TI apa sensasi anda mengenai kampus dan lingkungan kampus?
 Dari hasil survey, mengatakan anak IT pintar-pintar bawa laptop kemana mana.

2. Saat pertama melihat kampus TI apa persepsi anda mengenai kampus dan lingkungan kampus?
 Dari hasil survey, mengatakan gedung IT bagus rapi, nyaman, menarik, dan bersih.

3. Bagaimana menurut anda ruang lingkup belajar kita di kampus?
 Survey tersebut memiliki hasil seperti dibawah ini 












4. Apakah pengaruh lingkungan kampus dengan efektifitas belajar anda?
 Dari hasil survey, kampus yang bagus dan nyaman dapat meningkatkan efektifitas belajar, menambah  konsentrasi mahasiswa, menambah semangat belajar juga.


5. Anda memilih apa?
 Survey tersebut memiliki hasil seperti dibawah ini 







6. Berikan alasan anda dari pertanyaan diatas!
Banyak yang memilih dosen yang mengajar disiplin dan ruang kampus yang nyaman karena lebih enak menerima pelajaran dan mudah di mengerti, semangat untuk ke kampus. tidak jenuh.


7. Dan untuk membantu proses belajar mengajar apakah teman anda berpengaruh terhadap pembelajaran yang telah di ajarkan dosen?









8. Berikan alasan anda dari pertanyaan di atas!
 Survey yang mengatakan YA karena teman dapat menyokong kita dalam perkuliahan. Membantu kita saat  diskusi, membantu kita pada saat ada pelajaran atau topik yg kita tidak mengerti.



TESTIMONI:

Menurut saya, dengan survey seperti ini, kita dapat lebih mudah menyampaikan pendapat dan alasan mengenai sesuatu, dan juga lebih efektif dan efisien dalam mengerjakan nya.

Survey ini bisa juga menjadi suatu pembelajaran yang lebih baik lagi ke depannya karena dengan melihat tanggapan seseorang, kita dapat menilai dan mengambil sisi positifnya ke arah yang lebih baik lagi dan baik lagi.

Demikianlah hasil analisis dari saya. Maaf jika ada kekurangan dan kesalahan. Ini juga masih dalam tahap pembelajaran. Semoga bisa lebih baik kedepannya. Amin.